Allah, Dalam Seminggu Ini…

BagiMu, tak ada yang mustahil. BagiMu, semua sangatlah mudah. Engkau yang maha membolak-balikkan hati…

Oke, jadi ceritanya, dalam seminggu ini ada beberapa curhatan yang mampir ke semua gadget dan senada. “Bisakah aku memilikinya dengan mudah?” #jreeeeeennnnggg >_< Mbaksis dan Masbro, jangankan kalian, aku aja mau bertanya yang sama. Dih!

Kasus pertama adalah perempuan usia 24 tahun dengan pria usia 32 tahun. Si perempuan adalah istri orang, si pria lajang.

Kasus kedua adalah perempuan usia 30 tahun dengan pria usia 35 tahun. Si perempuan lajang dan si pria adalah suami orang.

Kasus ketiga adalah perempuan usia 31 tahun dengan pria usia 25 tahun. Si perempuan janda dan si pria lajang.

Kasus keempat adalah perempuan usia 27 tahun dengan pria usia 37 tahun. Si perempuan lajang dan si pria duda.

Kasus kelima adalah perempuan usia 34 tahun dengan pria usia 42 tahun. Si perempuan janda dan si pria duda.

Ealaaaaaahhh… Lengkap begini ya masalah? >_<

Untuk kasus pertama dan kedua, aku angkat tangan. Ogah ngasih pendapat apa pun. Kenapa? Ngapain masuk ke dalam rumah tangga orang? Malesin! Yang ada ntar aku dilabrak. Yaelah, yang punya masalah siapa, yang ketempuhan getahnya siapa. Jadi, kepada 2 pemilik kasus itu, aku cuman nyengir dan bilang, “Maaf, saya gak punya pendapat atau solusi apa pun.” Meski sebenarnya sih ada solusi pilihan. Tapi apa mereka mau? Pasti gak mau! Kan pilihannya cuman 2: tinggalkan atau poligami. Tetot! šŸ˜€

Untuk kasus ketiga, ini modelnya Yuni Shara dan Raffi Ahmad, yes? Iya aja deh biar cepet gitu lho. Atau Demi Moore dan Aston Kutcher? Yang mana aja boleh! Intinya tentang cougar. Gatau apa itu cougar? Sila tanya kangmas Gugel. Mereka berdua sebenarnya saling memiliki ketertarikan medan magnet. Tapi, keduanya terbentur adat dan budaya. Entah, mereka gak bilang detail. Yang kutahu, mereka takut untuk menghadapi kenyataan jika dicemooh. Aku bilang, “Lah, kalian yang menjalani, kenapa pusing sama pendapat orang?” Si perempuan takut dianggap pelacur, jalang, kegatelan, atau apalah itu. Aku hanya menelan ludah ketika mendengarnya. Lah aku? Kemudian si janda tanpa anak ini mengatakan bahwa orangtua si pria sebenarnya tidak ada masalah, tapiiiiiii… lebih baik kalau punya menantu seorang gadis. Wait! WAIT!!! Seorang gadis zaman sekarang belum tentu PERAWAN lho, Tanteeeee…. Ooommm…. *tepok jidat nyamuk* So what’s the different? Silly. Aku belum mendapat berita lagi sih. Tapi ya, kalau mau mencari yang benar-benar perawan (jika itu masalahnya) pastilah sulit. Mencari yang seumur atau lebih muda dari pria itu? Yaaa, belum tentu juga nemu dan cocok? Yang mau nikah itu Siti Nurbaya atau temenku itu sih?

Untuk kasus keempat, yaaaa… Ini sih sebenarnya mudah saja. Orang lebih respect dengan duda (yang ini anaknya sudah tiga). Entah kenapa ya? Kebetulan temenku yang duda ini. Dia sih siap aja menikah dengan siapa pun asal sayang dengan anak-anaknya. Masalahnya, dia hanyalah pemilik toko kelontong di kotanya. Itu pun skala kecil. Bukan modelnya waralaba gitu. Dia minder ketika mengetahui kekasihnya adalah anak juragan. Plus ternyata si perempuan cukup beken lah di internet alias social media junker. Lah, trus masalahnya di mana? Ketimpangan sosial? Hadeeehhh… “Mas, maju ke bapaknya dan bilang kalau usahamu ini halal. Lah kok minder?” Dia sih bilangnya bukan hanya itu. Calon mertua maunya punya menantu PNS. Haloooo…. Hare geneh??? Masih aja standar basi ya? Eh, sori ya, Om? šŸ˜›

Untuk kasus kelima, ini juga sebenarnya enteng. Iya, tinggal nikah doangan! Tapi ternyataaaaaaa… Mereka sama-sama terbayang mantan pasangan. Kebetulan mereka ditinggal meninggal. Jadi, sebenarnya mereka maunya dipertemukan dengan orang yang mirip sama pasangan pertama. Yah, capede! Get a real life, fellas! Aduh, kalau cari yang secetakan sama yang lama, lah ngapain kalian berhubungan? Geje taok!

Oke, karena masih menunggu kabar mereka, ya segini aja sih yang kutahu. Dan aku masih garuk-garuk tanah karena ternyata salah satu kasus itu mirip ya sama aku. *nangis di pojokan* Trus aku harus ngasih solusi apa? Sementara aku juga butuh? Heeeeellllpppp… *gelegepan*

Aku sendiri masih harus menunggu. Iya, menunggu. Karena menyadari kondisi dan situasi yang kuhadapi ini sangatlah sulit. Meyakinkan dia mungkin aku bisa, tapi keluarganya? Tentang keadaanku? Maukah mereka menerima? Nah, itu sebabnya aku sangat bisa merasa apa yang temanku rasakan itu… Dalam seminggu ini yaa Illahi Rabb… Aku memohon kepadaMu…

Allah, Duhai Kekasih yang Maha Membolak balik hati… Mudahkan. Berikan Solusi terbaik kepada semuanya….

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.