What I Wore Today

lirik baju

Saya nyaris gak pernah pusing untuk masalah berpakaian. Saya bukan orang yang paham fesyen. Saya mencoba aneka warna dan corak, sambil memerhatikan, apakah pas di badan atau gak. Plus, paling penting adalah bahan. Nyaman dipakai atau gak.

Baju ketat, pernah punya. Baju longgar, pernah pakai. Baju “kurang bahan” pernah coba. Baju belibet kebanyakan bahan, pernah koleksi. Jadi, istilah saltum alias salah kostum itu pernah dirasakan, brader! Lumayan sering. Hakhakhak. Kapok? Gak. Karena fesyen selalu berubah, tren pakaian selalu tampil baru dan segar di masyarakat, sometimes kembali ke tema klasik yang dimodifikasi. Terutama fesyen zaman tahun 1920an.

Biasanya, zaman remaja, warna baju sesuai warna favorit. Kalo gak pink, ya hijau. Sekarang ada ungu, kuning, merah, biru, dan hitam (warna yang selama dulu sering dihindari).

Dulu saya tidak suka pakai baju dengan motif polkadot. Sekarang, saya punya bergo motif polkadot. Lucu juga ternyata.

Satu hal yang pasti, saya nyaris tak punya rok. Bawahan yang saya pakai selalu berbentuk celana. Kalau pun mau mirip rok, saya pakai kulot. Alasannya mudah, supaya bisa lari atau naik motor. Beres.

Selain rok sekolah, saya punya satu rok hitam yang dipakai saat di kampus. Sebenarnya latihan buat jadi “cewek”. Tapi sayang seribu sayang, saya lebih sering jatuh dan keseleo bila menggunakan rok, apalagi saat mengejar bus dan KRL. Membonceng ojek dengan cara menyamping? Menderita pinggang awak. Ah, sudahlah. Saya tidak lihai ternyata.

Serba salah, jika memakai rok lebar, badan yang sudah melar ini akan terlihat semakin melebar. Qucedila. Etapi kan kalo gemuk bukannya peluk-able yah? Wahihihi…

Pilihan saya sederhana. Pakaian dengan jahitan rapi dan kuat plus bahan nyaman, bakalan enak dipakainya. Demikian.

Pakaian seperti apa yang biasa kamu pakai?