Berkenalan Dengan Mythomania

Rada seram membahas ini, karena ketika sedang chit chat dengan Danny, dia menyebut kata ini. Jujur, aku gak pernah tahu. Saat googling, aku rada speechless.

mythomania

/ˌmɪθəʊˈmeɪnɪə/

noun

1.

(psychiatry) the tendency to lie, exaggerate, or relate incredible imaginary adventures as if they had really happened, occurring in some mental disorders.
Derived Forms
mythomaniac (ˌmɪθəʊˈmeɪnɪˌæk) noun, adjective

Jadinya, pikiranku berkelana. Menurut Paman Wikipedia begini:

In psychiatry, pathological lying (also called compulsive lying, pseudologia fantastica and mythomania) is a behavior of habitual or compulsive lying. It was first described in the medical literature in 1891 by Anton Delbrueck. Although it is a controversial topic, pathological lying has been defined as “falsification entirely disproportionate to any discernible end in view, may be extensive and very complicated, and may manifest over a period of years or even a lifetime”. The individual may be aware they are lying, or may believe they are telling the truth, being unaware that they are relating fantasies.

Kepalaku semakin berdenyut. Oke, bahasa Timbuktunya demikian:

Istilah ini pertama kali diperkenalkan pada thn 1905 oleh seorang psikiater bernama Ferdinand Dupré. Mythomania adalah kecenderungan berbohong tetapi bukan untuk menipu/mengelabuhi orang lain, namun justru untuk membantu dirinya sendiri mempercayai/meyakini kebohongannya sendiri. Berbeda dengan seorang pembohong biasa yang sadar bahwa ia tengah berbohong dan mampu membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan, seorang mythomaniac tidak sepenuhnya menyadari bahwa ia sedang berbohong. Ia tidak mampu membedakan antara ‘kenyataan’ yang berasal dari imajinasinya dan kenyataan yang sebenarnya. Kebohongan-kebohongan yang dilakukannya cenderung ‘di luar ‘ kesadaran. Maksudnya adalah dia tidak tahu/tidak sadar bahwa orang lain akan merasa terganggu dengan kebohongannya, karena yang terpenting baginya adalah dirinya mendapat pengakuan oleh sekelilingnya, pengakuan terhadap ‘kenyataan’ yang ingin ia wujudkan demi melarikan dirinya dari kenyataan sebenarnya yang tidak mau ia terima tanpa merasa menderita. Salah satu penyebab mythomania adalah kegagalan-kegagalan dalam kehidupannya, bisa jadi berupa kegagalan dalam hal pendidikannya, masalah keluarga, kisah-kisah sentimental, bahkan kegagalan dalam hal pekerjaan (namun jangan keliru, pada saat ia mendapati orang lain mulai meragukan apa yang ia percaya, ia menjadi sadar telah berbohong). Pendeknya, ia ingin melarikan diri dari semua image tentang dirinya sendiri. jadi, semakin orang lain mempercayai kebohongannya, semakin ia terbantu untuk lepas dari image nyata tentang dirinya yang sulit ia terima itu.

Seorang pembohong biasa pada umumnya memiliki alasan lumrah dan masuk akal ketika berbohong, seperti dengan tujuan bercanda, atau demi kebaikan atau pun demi menyelamatkan seseorang. Kebohongan dilakukan hanya sesekali saja karena ia tidak terbiasa berbohong dan biasanya ia akan terlihat kikuk dan canggung. Tidak demikian dengan mythomaniac. Mythomaniac memiliki pesona yang mampu memanipulasi orang lain, ia pandai menemukan kalimat dan sikap yang tepat dengan tujuan supaya dicintai, demi mencapai tujuannya.

Masih belum jelas? Kata Danny, salah satu ciri Mythomania adalah menjadi drama queen. Tetew! Juga playing victim. Uh oh!

Eh, aku menemukan artikel menarik dari Vemale.com dan ini kutipannya, bisa lho dijadikan bahan renungan dan dicek kebenarannya pada pasangan kamu 😛

Hati-Hati Terjebak Hubungan Dengan Pria Mythomania

Banyak sekali wanita yang terjebak bersama pria pengidap Mythomania. Agar tidak menjadi korban, inilah ciri-ciri pria penderita Mythomania:

  • Sering membesar-besarkan cerita dan kisah hidupnya.
  • Sering membuat kisah bahwa dia adalah korban (orang tua broken home, sering disiksa, sakit parah dan sebagainya).
  • Selalu ingin diperhatikan, karena itu mereka sering mengubah-ubah cerita hingga Anda tetap percaya.
  • Seringkali mereka terlihat menawan dan wow saat pertama bertemu, tetapi selanjutnya, kebohongan-kebohongan mulai tercium.
  • Sering ketahuan berbohong, tetapi tidak mengakui dan kembali menceritakan berjuta alasan agar Anda percaya.
  • Menyembunyikan dirinya, tidak memperkenankan orang lain melihat identitas diri, foto bahkan sering tidak mau memperkenalkan teman atau keluarganya.
  • Paling sering menjalin hubungan/pacaran jarak jauh. Ada kemungkinan pernah bertemu, tetapi hubungan lebih sering via telepon, BBM, SMS, email dan sebagainya.

Gimana? Tiati lho, girls 😉 Hehehe… Lanjut!

Ciri-ciri atau tanda-tanda pembohong patologis adalah (hasil googling nih):

  1. Suka membesar besarkan sesuatu
  2. Selalu menimpali bahwa dirinya lebih baik dari apapun yang kita ceritakan
  3. Menciptakan realitas sendiri untuk dirinya
  4. Karena mereka tidak menghargai kejujuran, mereka juga tidak menghargai kepercayaan
  5. Bisa jadi seorang hypochondriac juga yaitu orang yang selalu merasa sakit (dibuat-buat) ingin diperhatikan <—  playing victim, huh?
  6. Sering kontradiktif dengan pernyataan sebelumnya
  7. Bisa berbohong hanya untuk suatu hal sepele
  8. Selalu membesar-besarkan setiap kalimat
  9. Bisa mengubah cerita setiap saat
  10. Sangat defensif ketika dipertanyakan pernyataannya
  11. Sangat percaya apa yang dikatakannya benar padahal jelas tidak benar bagi orang lain
  12. Berbohong ketika sebenarnya sangat mudah untuk menceritakan kebenaran
  13. Berbohong untuk mendapat simpati dan terlihat baik
  14. Selalu mendapat nilai baik pada pandangan pertama tapi selanjutnya tidak dapat dipercaya
  15. Memiliki gangguan kepribadian
  16. Jago memanipulasi
  17. Ketahuan bohong berkali-kali
  18. Tidak pernah mengakui kebohongan
  19. Menganggap dirinya legenda

Adakah ciri-ciri ini menempel dalam diri kita? sambil ngaca Jujur, untuk nomer tujuh ya aku melakukannya. Terkadang untuk menyelamatkan sebuah masalah agar tidak melebar ke mana-mana (oh Tuhan, aku menjadi seorang pahlawan kesiangan! ih!) dan untuk nomer 15 sepertinya iya juga. Aku bipolar.

Yes, mythomania dan bipolar adalah mental disorder. Katanya begitu. Benar? Tetapi bagian bipolar sudah pernah aku bahas ya. Silakan bongkar blog ini untuk mencari tahu 😉 Pembahasan kali ini adalah mythomania(c).

Tulisan ini dibuat ketika aku sedang memikirkan beberapa kejadian. Merefleksikan untuk diriku sendiri dan orang lain yang pernah melakukan itu. Kita semua pernah berbohong, setidaknya sekali seumur hidup. Entah demi menyelamatkan orang lain atau demi diri sendiri. Berbohong memang tidak pernah bisa dikategorikan hal baik. Apalagi dilakukan secara terus menerus menjadi sebuah kebiasaan. Benar  yang dikatakan oleh psikolog bahwa kebohongan yang dianggap wajar akan membuat kita tak sadar bahwa itu salah.

“Lu bohong ya?” Meski kita mengelak, bagi yang tidak terbiasa untuk berbohong pasti akan salah tingkah. Berbeda dengan mythomaniac yang memang sudah ahli, bahasa tubuhnya yang santai dan matanya yang masih bisa melihat lawan bicara, sulit untuk orang lain menilai dia salah atau tidak. Etapi, yang bisa membaca aura sih tetap akan tahu. Yekan? 😛

Aku punya banyak teman yang mendekati ciri mythomania. 😀 Mendiamkannya seolah dia benar itu lebih baik, menurutku. Soalnya, kalau dia ditegur, defensifnya bisa gila-gilaan dan berujung aku yang dicela. tepok jidat nyamuk Eh, eh, eh, kalau aku terlihat ada ciri seperti megaloman eh salah mythomania ini mohon ditegur yaaaaa… Demi kau dan si buah hati apalah

Oke, demikian pembahasan kali ini. Sekian dan terima traktiran ngopi-ngopi cantik 😉

2 pemikiran pada “Berkenalan Dengan Mythomania”

  1. Waktu pertama baca judulnya, saya pikir penyakit badan lho, Mak. Ternyata oh, ternyata…
    Kalo punya temen begini, kayaknya bakal juengkel tingkat himalaya, deh, Mak

    Suka

    1. Hehehe… Saya memiliki teman dengan ciri seperti pada artikel. Jengkel sekaligus kasihan karena penderita gak sadar kalo dia sakit. Kitanya yang harus banyak sabar 😉

      Thanks ya udah mampir 🙂

      Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.