Pindah Rumah (Lagi)… Demi… Begitulah!

Ada yang aneh ketika salah satu tetangga yang sudah sepuh berseloroh ketika aku sedang membereskan kardus-kardus bekas pengepakan barang pindahan. Belum ada sebulan dan rumah masih sangat berantakan karena aku membereskannya nyaris sendirian. Beliau berkata, “Ditaruh di loteng rumah Abah aja ya? Ya siapa tau Bunda butuh lagi kalau nanti pindah.” *DEG* Yaelah, begitu sik ngomongnya.

Perasaanku gak nyaman meski pikiranku berusaha untuk berbaik sangka. Lah, pernyataan ini pun hampir mirip dengan ucapan adikku beberapa waktu sebelumnya, “Ya Teteh di sini aja dulu. Ntar mau pindah lagi setahun atau dua tahun lagi terserah.” Haish! Pemilik rumah lama sih sebenernya udah wanti-wanti untuk gak terlalu dekat dengan tetangga di sini. Kenapa juga ya?

Tapi akhirnya seiring waktu, aku memahaminya. Aku mengalaminya sendiri. Merasakan bagaimana perlakuan… Ah sudahlah! 🙂 Biar aku sendiri yang menyimpannya. Juga Allah. Juga mantan pemilik rumah 🙂 Kupikir, hanya aku yang akan jadi sasaran mereka. Oh, justru kepada anak-anak bahkan… Umar dan Salman ketakutan lagi setiap hari. Bahkan Salman sudah mulai sering menjerit dan mengigau lagi tengah malam. Duh Allah, mimpi buruk itu terulang…

Sekali aku melihat Salman ditonjok oleh anak yang lebih besar yang dikenal dengan nama “Aa Nden” dan sangat terkenal bangornya. Kemudian sekali kulihat Umar ditonjok oleh anak seumuran dia yang ternyata disuruh oleh si Aa Nden ini. +_+ Sekecil itu sudah menjadi preman dan jongos. Mau jadi apa mereka besarnya?? Itu yang kulihat dengan mata kepala sendiri. Belum lagi laporan nyaris setiap hari mereka dipukul, dihalangi jalannya hingga terjatuh, dan entah apa lagi. Anehnya, semua orang dewasa di kampung ini seolah tutup mata dengan kenakalan tidak wajar itu. “Ah, namanya juga anak kecil.” HELLO!!!! Pembenaran dari mana itu? Umar dan Salman menjadi lebih suka teriak dan ngotot bila bicara. Persis anak-anak tetangga itu. Semakin tidak sehat nih! Didukung oleh dengan keadaan yang tak bisa diceritakan di sini. Cukup aku dan Allah aja yang mengetahuinya 🙂

Kemudian aku mencoba mencari info rumah-rumah di sekitar Cibiru dan Ujungberung (dengan harapan sih kalo pindahan gak jauh-jauh lah yaaaaa) dengan spesifikasi gak jauhlah sama rumah sekarang pun dengan harga yang masuk akal. Hihihi… eh dapet dong ya 3 rumah incaran ^_^ Permasalahannya, gimana cara menjual rumah sekarang? #ngek!

Lagian, kenapa juga sih air tanahnya kotor banget? 😦 Satu alasan utama lagi untuk pindah.

-galau siang hari-

2 pemikiran pada “Pindah Rumah (Lagi)… Demi… Begitulah!”

  1. Wes, pindah saja, ga sehat lingkungan di situ. Aku juga mikir-mikr kok kalau mau punya anak nanti, mesti pindah dari Jakarta, ga tega lihat anak terseret yang enggak-enggak.

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.